Dulu saya pernah punya teman orang Jepang. Setiap kali merasa tidak suka dengan tingkah laku seseorang dia selalu menyebut kata ‘konyor’ dengan nada jengkel. Ternyata yang dia mau bilang adalah kata ‘konyol’.
Nah gubernur Sulawesi Selatan kita ini, Syahrul Yasin Limpo, SYL, orangnya lucu & konyor. Padahal gelarnya doktor.
Masa SYL bilang begini:
“Salah satu indikator kemakmuran rakyat Sulsel adalah kenaikan jumlah kendaraan bermotor, yaitu dari 760.000 unit pada 2006 meningkat mencapai 1,3 juta unit di akhir 2009”.
Belum pernah saya mendengar sebelumnya kalau kesejahteraan masyarakat itu dilihat dari jumlah kendaraan bermotor. Saya memeriksa literatur-literatur tentang pembangunan, tidak ada yang menyebutkan tentang jumlah kendaraan bermotor. Dari indikator-indikator yang disusun oleh UNDP-United Nation Development Program (Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa), World Bank (Bank Dunia), sampai indikator yang dibuat oleh pemerintah sendiri melalui BAPPENAS (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) juga Badan Pusat Statistik (BPS).
Saya periksa sekali lagi untuk meyakinkan jangan-jangan memang salah satu indikator kesejahteraan adalah jumlah kendaraan bermotor di jalanan. Tapi tidak saya temukan. Indikator yang ada biasanya adalah misalnya: Income (pendapatan), expenditure (pengeluaran) Usia hidup (longevity) diukur dengan angka harapan hidup waktu lahir, Pengetahuan/pendidikan (knowledge) diukur dengan angka melek huruf (literacy rate) penduduk dan rata-rata lama sekolah (mean years of schooling), dan Standar hidup layak (decent living) di ukur dengan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan” (adjusted real percapita expenditure), dan indikator-indikator lainnya.
Okelah kita anggap serius saja pernyataan konyor SYL tersebut (siapa tahu dia pernah mempelajari itu waktu kuliah dulu), tapi coba kita periksa data jumlah kendaraan berikut:
Jumlah kendaraan Sulawesi Selatan 2009 (BPS)
Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar (digabung) hanya : 152.681 unit
Gowa: hanya 138.852 unit
Sinjai, Maros, Pangkep, Barru (digabung) hanya: 142.357 unit
Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap (digabung) hanya : 222.445 unit
Pinrang, Enrekang, Tanah Toraja, Toraja Utara, Luwu Raya (digabung) hanya: 199.934 unit
Kota Pare-Pare, Kota Palopo (digabung) hanya: hanya 60.986 unit
Nah Kota Makassar sendirian: jumlahnya sampai: 775.106 unit.
43 % (775.106 unit dari total 1.792.361) kendaraan bermotor di Sulawesi Selatan terdapat di Makassar, bahkan hampir sama banyaknya jika seluruh 23 kabupaten/kota lain digabungkan. Berarti Cuma Kota Makassar dong yang sejahtera kalau menurut pandangan SYL ini.
Padahal tentu saja komposisi penduduk Kota Makassar didominasi kelas menengah atau paling tidak bukan petani yang menjadi penduduk terbanyak provinsi Sulawesi Selatan.
Dari total 1.865.662 rumah tangga, sebanyak 1.138.202 adalah rumah tangga pertanian atau sekitar 61 % dari total rumah tangga di Sulawesi Selatan. Sementara berdasarkan sensus pertanian 2003 rumah tangga petani di Kota Makassar hanya 9.660 rumah tangga.
Lah kalau sudah begitu masyarakat mana yang dimaksud oleh SYL ini, yang dia sebut sudah sejahtera?
Selain itu sebenarnya pertumbuhan otomotif naik karena kelas menengah yang bertumbuh. Bukan rakyat kecil, rakyat dengan jumlah terbanyak. Pertumbuhan ini juga didukung oleh kredit konsumsi yang mencapai 15 triliyun rupiah tahun 2009 dan 16 triliyun rupiah tahun 2010 yang tentu saja lebih banyak diserap oleh kelompok masyarakat kelas menengah.
Bahkan untuk kredit Usaha Rakyat yang masuk dalam kredit modal kerja dan investasi banyak diserap oleh perdagangan bukan pertanian. Sekali-sekali SYL perlu diajak nih jalan-jalan ke kantor Adira atau kantor-kantor pembiayaan kredit kendaraan bermotor yang sekarang menjamur di Makassar dan dimana-mana di Sulawesi Selatan! Atau sekali-sekali ngobrol sama tukang ojek, yang motornya motor kreditan! Terus tanya-tanya uang muka buat kredit motor biasanya berapa!
Jadi klaim SYL bahwa peningkatan jumlah kendaraan bermotor sebagai indikator kesejahteraan masyarakat Sulawesi Selatan secara umum tentu saja, sekali lagi, KONYOR dan mengada-ada. Karena jumlah kendaraan bermotor yang paling banyak terdapat di Kota Makassar yang sebagian besar penduduknya adalah kelas menengah. Sementara di kabupaten-kabupaten lain yang sebagian besar rumah tangga pertanian, yang menjadi mayoritas penduduk Sulawesi Selatan, jumlah kendaraan jauh lebih kecil daripada kota Makassar.
1 comment:
hahaha....setahuku kanda.....indikator yg paling nyata untuk mengukur l;aju pembangunan itu ada 2...pertama rumah ibadah, kedua Toilet........itu menurut hukum sosiologi..lupa sumbernya...........
Post a Comment